Title:
A Name Of A Story
Cast:
*Aaron Yan
*Wu Chun
*Jiro Wang
*Calvin Chen
*Baifern Lerwisetpibol. P
Genre:
Romance
Author:
@Yuliyt_
*Aaron Yan P.O.V*
Aaron Yan, it’s me!
But, mereka selalu memanggilku dengan Ya Lun, it’s Ok! Aku adalah salah satu
siswa HIM Middle School dan bisa dibilang aku cukup berprestasi, dari jumlah
siswa satu angkatanku yang kira-kira ada 250 siswa aku sering berada di dua
besar, terkadang pertama dan terkadang juga menjadi kedua, itu semua karena aku
memperoleh rival yang bisa dibilang cukup hebat, dia seorang gadis, Hmm cantik
sih tapi aku tak peduli, dia bernama Baifern Lerwisetpibol Pimchanok, ribet
bukan? Aishh, menyebutnya saja membuat lidahku hampir salah urat. Yang hanya
dibenakku Cuma satu PRESTASI, PRESTASI, dan PRESTASI!! Girl’s?? Hmmm, NOT IMPORTANT. Dan aku memiliki gege yang sangat
pintar, dia bernama Wu Chun, selain dia pintar dia juga sangatlah berkharisma,
hingga membuat banyak gadis tergila – gila padanya, terkadang aku juga bingung
siapa kekasihnya. Namun aku berbeda, aku jutru memiliki sikap dingin terhadap
gadis, yak karena ILMU YANG AKU UTAMAKAN.
*Aaron Yan P.O.V end*
.
.
Segarnya embun pagi kini telah hilang, suasana telah kembali disibukan oleh orang-orang yang
memulai aktivitasnya, kendaraan-kendaraan
pribadi dan angkutan umum telah memenuhi isi jalan raya yang menyebabkan
kemacetan di jantung Ibukota. Keceriaan, canda, dan tawa mengiringi langkah
siswa Pagi ini menuju HIM Middle School. Hari ini HIM Middle School cukup heboh
membicarakan kedatangan tiga guru pengganti yang kabarnya sangat tampan. Setiap siswapun
membicarakan itu dengan girang, bahkan membayangkan bagaimana wajah guru – guru
pengganti yang katanya masih muda.
“Baifern, menurutmu
bagaimana wajah guru pengganti itu, seperti Jerry Yan atau bagaimana
menurutmu?”Tanya Natta pada Baifern yang sedari tadi hanya diam dibangku menikmati bacaannya.
“Entahlah!!”Balas Baifern singkat.
“Aishhhh, responemu sangat tak enak”Ucap Natta sedikit
kesal. Tak lama kemudian mata Natta tak berkedip melihat Ya Lun yang berjalan
menuju bangku tempat dimana Ya Lun duduk.
“Dia sangatlah menawan sayang sekali dia dingin”Keluh Natta
menyandarkan kepala di meja. Tak selang beberapa lama kemudian bel tanda masuk
belajarpun berdering, siswa yang tadinya diluar kelas segera memasuki kelas.
Seorang pemuda tampan bak malaikat bersayappun masuk ke kelas XI.I.
“Zao an, Wo jiao Wu Chun, tapi kalian cukup memanggil saya
dengan sebutan laoshi, disini saya akan mengajar matematika”Ucap Wu Chun
memerkenalkan diri, siswi – siswi pun Nampak senang seakan menari dilangit
tujuh bidadari, lain halnya dengan Ya Lun yang kaget melihat kakaknya yang
menjadi guru pengganti matematika di kelasnya.
“Adakah pertanyaan?”Tanya Chun laoshi.
“Masih single?”
“Nomor ponsel?”
“Alamat rumah?”
“Punya saudara?”
“Stop.. stop satu – satu, iya saya masih single, nomor
ponsel itu rahasia, alamat rumah itu juga rahasia, saudara?? Itu adik
saya*menunjuk Ya Lun*”Balas Chun laoshi.
“Baifern? Astaga, ternyata mereka saudara. Apa kau tak
kaget?”Tanya Natta.
“Biasa saja!”Balas Baifern.
Usai perkenalan dan absen Wu Chun mulai mengajar matematika,
murid – murid mendengarkan penjelasan dan penjabaran beberapa soal matematika,
serta mencatat. Entah mereka mengerti atau tidak, terlihat bahwa mereka sangat
menikmati melihat wajah Wu Chun yang sangat tampan itu. Wu Chun pun menyadari
bahwa Baifern bingung dengan rumus matematika yang rumit itu.
“Apa materi yang kurang kau kuasai?”Tanya Wu Chun pada
Baifern.
“Matematika”Balas Baifern.
“Ya Lun, laoshi harap kau dapat membantu rivalmu ini”Ucap Wu
Chun, Ya Lun menatap Chun dengan tatapan dinginnya.
“Hao”Balas Lun singkat. Pelajaran matematikapun usai.
Baifern beranjak dari bangkunya dan membawa buku matematikannya ke bangku taman
tempat biasa ia belajar, lain halnya Ya Lun yang mengikuti Wu Chun ke
ruangannya, disana juga ada Jiro Wang dan Calvin Chen.
“Ge, kenapa kau tak bicarakan ini dulu padaku?”Tanya Ya Lun.
“Dui bu qi Lun, kami juga tidak tahu akan ditugaskan di
sekolahmu!”Balas Wu Chun.
“Lalu Jiro ge dan Calvin ge untuk apa kalian juga
disini?”Tanya Lun ketika melihat kedua sahabat Wu Chun.
“Aishhh. Lun kau menghina kami ya?? Aku akan mengajar music
sedangkan Calvin seni suara”Balas Jiro. Ya Lun pun langsung keluar ruangan
begitu saja.
“Adikmu itu Chun dingin tapi juga pemarah”Ucap Calvin.
“Sudahlah, sifatnya memang seperti itu, tapi dia juga punya
sisi baik yang tak kalian ketahui”Balas Wu Chun.
Ya Lun berjalan menyusuri koridor sembari melihat ke arah
taman, pandangannya kini terpusat pada Baifern yang duduk di bangku taman yang
sepertinya kebingungan mengerjakan sesuatu, dengan langkah yang bingung Ya Lun
akhirnya memutuskan untuk mendekati Baifern dan duduk disampinya.
“Bukan seperti itu, tapi seperti ini”Ucap Ya Lun mengambil
buku Baifern dan mengajari Baifern.
“Kau mengerti?”Tambah Ya Lun.
“Bisa kau memberiku satu soal?”Pinta Baifern, Ya Lun pun
memberikan soal pada Baifern, kurang dari satu menitpun soal telah dijawab dan
Ya Lun memeriksanya, jawaban soal itu benar.
“Ternyata kau mengindahkan ucapan gege mu itu, xie xie telah
mengajariku, aku memang kurang dapat mengerti matematika”Ucap Baifern.
“Hao, sepertinya kau tak tertarik dengan gege ku seperti
yang lainnya, wei shen me?”Tanya Ya Lun.
“ILMULAH YANG AKU
UTAMAKAN!”Balas Baifern. Ya Lun sedikit tertegun mendengar prinsip yang
mereka miliki ternyata sama, sebuah senyuman kecil Baifern membuat Lun tak
berhenti memandangnya, hingga sebuah bel
tanda masuk pelajaran berikutnya telah berdering dan mengaagetkannya, karena
jam berikutnya adalah kelas music dan suara Ya Lun memutuskan langsung ke kelas
music dan suara, sedangkan Baifern kembali ke kelas mengembalikan buku – buku
nya tadi, kemudian menuju kelas seni music dan suara.
Kelas XI.I kini telah berada di kelas seni dan music dan
mereka senang karena mereka mendapat guru pengganti lagi yang keren, Jiro Wang
dan Calvin Chen pun memperkenalkan diri mereka, dan memanggil siswanya untuk
memberikan satu pertunjukan, dimulai dari nomor absen bertama.
“Aaron Yan”Panggil Calvin. Dengan muka datar Ya Lunpun maju
dan memegang sebuah mikrofone, Jiro pun mengplay sebuah music dan Ya Lun
menyanyikan lagu Hu ran zhi jian.
“….Wo ming bai
tai fang bu kai ni de ai
Tai shu zi ni de guan huai fen bu kai
Xiang ni suan shi an wei hai shi bei ai
Er xian zai jiu suan shi zhen dou ting bai
Jiu suan sheng ming xiang chen ai fen bu kai
Wo men ye xu fan erg eng xiang xin ai..”
Baifern tak dapat mengedipkan mata, rivalnya yang dikenal begitu
dingin ternyata memiliki suara emas, dan bakat yang sama sekali tak ia duga.
Suaranya membuat ia merinding, dan jantungnya berdetak lebih cepat ketika
melihat Lun menatapnya saat menyanyikan lagu itu.
“Astaga, apa ini? Apa aku sudah gila?”Batin Baifern mencoba
menenangkan fikiranannya.
.
.
.
Ke esokan harinya pelajaran metematika yang diampu Wu Chun dimulai,
semua begitu semangat.
“Pagi ini saya tidak akan mengajar di kelas,kalian pasti bosan kan??
Hari ini kita belajar di taman, kalian bawa buku kalian dan kita ulas bersama
materi mana yang tak kalian mengerti”Ucap Wu Chun, mereka langsung menuju taman
dan duduk di rerumputan yang dikelilingi bunga, mereka membuka materi awal yang
tak mereka mengerti dan dengan sabar Wu Chun membimbing satu per satu
pertanyaan murid – muridnya.
“Baifern, kenapa aku selalu terbalik ya menghafal rumus ini?”Keluh
Natta.
“Pahami saja akan lebih mudah dibanding
kau menghafalnya!”Balas Baifern. Baifernpun sibuk membuka-buka bukunya, ia
merasa sudah cukup mengerti.
“Baifern”Panggil Ya Lun. Baifernpun menoleh ke arah Ya Lun yang
bersandar di bawah pohon, kemudian menghampiri Ya Lun.
“Kenapa?”Tanya Baifern. Ya Lun menyodorkan sebuah brosur bazar buku
yang akan digelar siang ini hingga malam nanti.
“Kau mau kesana tidak?”Tanya Lun. Baifern pun mengangguk.
“Aku akan menjemputmu di halte, kita berangkat bersama saja”Ajak Ya
Lun, Baifernpun menyetujuinya, tanpa mereka ketahui Wu Chun sedari tadi
memperhatikan mereka dan tersenyum kecil melihat Ya Lun yang sedikit berubah sikap,
Wu Chun cukup senang melihat perubahan adiknya itu.
.
.
.
Siang telah menjemput, canda siswa – siswi HIM Middle school usai
pelajaran mengisi setiap langkah mereka melewati gerbang sekolah. Baifern
langsung naik mobil jemputan menuju rumahnya dan berganti pakaian serta makan
siang. Kemudian ia menuju tempat yang telah ditentukan Ya Lun, ia mengenakan
baju putih,kacamata fantasi, serta bando pita biru ketuaan, ia nampak begitu
berbeda, tak selang beberapa lama mobil Lun pun datang dan mempersilakan
Baifern masuk, tak disangka kacamata fantasi yang mereka gunakan sama, Lun mengenakan
kemeja panjang biru keabu – abuan dan topi hitam, ia semakin terlihat imut dan
kesan dinginnya seakan hilang. (Kurang lebih penampilan mereka seperti ini \(^3^)3)/
~~)
“Dui bu qi membuatmu menunggu”Ucap Ya Lun meminta maaf.
“Mei guan xi”Balas Baifern.
“Kau sudah lunch?”Tanya Lun sembari menyetir mobil.
Baifern mengiyakan pertanyaan Ya Lun, karena letak bazaar yang tak
begitu jauh, beberapa menit kemudian mereka sampai di tempat tujuan, Lun pun
memarkirkan mobilnya di tempat seharusnya kemudian berjalan berjalan beriringan
dengan Ya Lun.
“Temanya bagus, RAIHLAH ILMU DENGAN BUKU!”Komentar
Baifern. Tanpa canggung Lun meraih tangan Baifern memasuki bazaar buku yang
cukup ramai itu, mereka mulai dengan buku – buku yang berbau fisika. Mereka membaca namun tak memutuskan
untuk membeli karena banyak yang telah mereka mengerti, mereka begitu menikmati
pemandangan buku – buku disana serta sedikit bersendau gurau layaknya kekasih,
waktupun berjalan begitu cepat, kini telah petang mereka memutuskan untuk
pulang tanpa membeli satu bukupun. Ya Lun mengantar Baifern hingga ke depan
gerbang rumah, dengan sepenggal senyuman yang manis dari Baifern membuat Lun
tak henti – hentinya tersenyum dalam mobil.
.
.
.
Sesampainnya di rumah Lun merebahkan tubuhnya diranjang dan menatap
langit – langit kamarnya dengan tak henti – hentinya tersenyum, mendadak
pandangan Lun ke langit – langit berubah menjadi wajah Baifern yang tadi
memberikan senyuman padanya, Lun bingung dengan apa yang terjadi serta apa yang
dirasakannya. Ia pun meraih buku agar fikirannya terlepas dari Baifern, malang
lembaran – lembaran halaman buku justru seakan berubah menjadi wajah baifern,
Lun langsung saja meletakan buku itu di meja kemudian melepas topi dan
kacamatanya, ia menjatuhkan tubuhnya diranjang, namun fikirannya masih saja
membayangkan Baifern, ia memeluk erat gulingnya dan berguling – guling hingga
tak merasa selimut telah melilit tubuhnya hingga membuatnya terjatuh ke lantai.
“Aaauuu….”Pekik Lun, melepaskan lilitan selimut. Ia merasa tak tenang
kemudian keluar kamar dan menghampiri Wu Chun yang duduk di teras sembari
meminum secangkir coklat dan memandangi langit. Lun duduk di teras tepat di
smping Chun.
“Ge, jatuh cinta itu seperti apa??”Tanya Lun polos, spontan Chun yang
sedang meneguk minumannya langsung menyemburkan menuman itu dan tertawa
terbahak – bahak mendengar pertanyaan adiknya begitu lucu menurutnya.
To be continued….
Bagi yang terlena tag maupun tak sengaja membaca, tinggalkan komentar
^^ karena itu sangat berarti :D xie xie for reading (^3^)3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar