itle : Only One [ Chapter 1 ]
Author : Lee Ha Yoo ( @deeryehan218 )
Link Acc Author
Casts : Oh Se Hun
Kim Joon Myun a.k.a Suho
Qie Mei Yuan a.k.a Mei
And other cast, You can find it by your self.
Length : Chapter, series
Genre : Romance, friendship
Annyeong haseyo, chingudeul.. *bowbarengSuho*
FF
ini terinspirasi dari lagu B1A4 – Only One. Hohoho. Saya sarankan
sambil mendengarkan lagu Only One saat membaca ff ini. Hiks..
Udah deh~
Happy reading .__.
~~~
Cry when you want to cry.
Don’t purposely hold in your sadness.
I’ll embrace you so that you can smile again.
When you’re tired, I’ll lend you my shoulder so that you can rest for a bit.
I pray no tears in your dreams.
I know you’ll fly high in your life.
~~~
Aku
terpaku, entah kenapa ketika aku melihat dirinya yang berjalan
didepanku aku terdiam dalam hehing hatiku. Entah ada makhluk apa yang
telah membuatku seperti ini. Wussttt (?)
“Sehun-ah??”
Teriak
seorang namja yang suaranya sangat aku kenali. Tapi aku tak menggubris
panggilannya, aku tak mengeluarkan sepatah kata pun. Aku terlalu asyik
memandangnya. Pandangan aneh yang aku keluarkan. Entahlah~
“Woy? Jangan melamun!”, Suho, sahabatku, menepuk pundak ku dari belakang.
“Ahh.. Aku tau! Kau sedang melihat noona itu kan. Jangan..jangan! Hayoo?”, godanya.
Aku menghentikan lamunan ku, “Jangan..jangan apa? Aisshh kau ini.. Kajja!”, aku merangkul sahabatku menuju ruang kelas.
~~~
{Author’s side}
Oh
Se Hun, namja paling terkenal di sekolahnya ‘Daegu Science High
School’. Tidak diragukan lagi, dia memang tampan, cerdas, berasal dari
keluarga kaya nan terpandang di Korea Selatan. Semua warga sekolah pasti
mengenalnya, tak ada yang tak mengenalinya. Appa-nya merupakan pemberi
donatur terbesar di sekolah Sehun. Perlakuan baik selalu diberikan untuk
Sehun ketika di sekolah.
Kim Joon Myun a.k.a Suho, sahabat karib
Sehun. Bisa dibilang, orang tua mereka juga sahabat. Mereka adalah
sahabat sejak kecil sampai sekarang.
~~~
{Mei’s side}
Aku
berjalan menyusuri sekolah baruku. Baru saja aku menginjakkan kaki
disini, atmosfir kedamaian membuatku merasa betah bertahan disini.
Bangunan nya sungguh megah, Tapi... MWO?? Kenapa dia memandangku seperti
itu? Apa maksud namja itu? Aisshh...
Aku sedikit menunduk
melanjutkan langkahku, mencoba untuk selalu tersenyum kepada orang-orang
di sekitar ku. Tak ada yang ku kenali. Sampai akhirnya aku berada di
depan pintu kelas.
“Ahh.. Kajja! Ayo masuk”, ajak songsaengnim tersenyum ramah.
“Ne..”,
Aku
selalu menunduk, muka – muka asing yang tak pernah aku kenali.
‘AIGHOO!! Kenapa namja itu selalu memandangku dengan tatapan sinis tapi
lembut? Ah, mollayo!’, batinku sembari berjalan menuju songsaengnim.
“Perkenalkan dirimu”, pinta songsaengnim.
“Ne..
~ Annyeong haseyo Qie Mei Yuan imnida. Saya dari China. Kalian bisa
memanggil ku Mei. Saya pindah ke Korea karena ayah saya memiliki tugas
di Korea. Bangapseumnida. Ghamsahamnida”,
“Ohhh....”, serentak semua anak di kelas.
“Hmm,
Qie Mei Yuan, kalian bisa memanggil nya Mei. Mei berasal dari ‘Changsa
High School’. Baiklah,Mei, kamu bisa duduk di bangku sebelah Sehun”,
songsaengnim menunjukkan bangku kosong.
“Ne, ghamsahamnida songsaengnim”,
~~~
{Sehun’s side}
Mwo? Kenapa harus ada bangku kosong di sebelah ku? Kenapa dia duduk di sebelahku?
Aku melirik ke arah nya..
DEG!
Dia juga melirikku?? Apa-apaan ini?
DAG DIG DUG!
Aku segera mengalihkan pandanganku.
“Baiklah anak-anak, kita mulai pelajarannya”
.
.
~ Jam istirahat ~
“Sehun-ah! Aissh, kenapa kau tidak menungguku”, Suho memanggilku.
“Bisa tidak kau bersikap sedikit dewasa?”,
“Ne..”,
“Ayo ikut aku...”, ajakku.
“Kemana?”,
“Sudahlah, ikuti saja aku”
.
.
Kenapa hatiku seperti ini? Sungguh aku tak mengerti. Apakah ini...? Ah, Aniya! Bukan.. Tidak mungkin.
Aku mengajak Suho hyung, sahabatku, ke perpustakaan sekolah.
“Hyung, apa kau tau?”, memecah keheningan yang terjadi diantara kami.
“Tau apa maksud mu?”, balas Suho hyung yang masih asyik dengan buku dihadapannya.
“Noona itu..”,
“Noona? Nuguseoyo? Kau sungguh aneh hari ini, waeyo?”, tampaknya Suho hyung sedikit kesal denganku.
‘Ah,
tidak mungkin aku membicarakan masalah ini kepada Suho hyung. Semua
orang tau aku bukanlah tipe orang yang seperti itu. Aisshh...’, batinku
dalam hati.
“Ah, aniya hyung. Abaikan saja.. Lanjutkan saja membaca mu”, lanjutku.
“Kau ini sungguh aneh.. Hmm, baiklah”, Suho hyung melanjutkan kesibukaan membaca nya.
~~~
{Mei’s side}
“Hey”, panggil seseorang dari belakang ku.
“Ne”, jawabku. Aku menatapnya, dia tersenyum ramah.
“Boleh kita berkenalan?”,
“Tentu
saja boleh. Qei Mei Yuan imnida, kamu bisa memanggilku Mei.
Bangapseumnida”, aku tersenyum ramah. ‘Dia manis sekali. Haha’, batinku.
“Park Hara imnida. Panggil saja Hara. Nado bangapseumnida. Hmm, maukah kau berteman denganku?”,
“Dengan
senang hati, aku mau berteman denganmu”, aku merangkul pundaknya. Ah,
aku terlalu senang hari ini. Hara juga satu kelas denganku. Mungkin kita
bisa lebih dekat lagi.
Ketika kami asyik berjalan sambil mengobrol, mencoba lebih dekat satu sama lain..
BRUKK!
Seorang namja menabrak ku. Namja itu? Kenapa dia lagi? Waeyo?
Tatapan itu... Kenapa dia selalu menatap ku seperti itu? Apa dia tak menyukaiku?
“Sehun-ah, kau tidak apa-apa?”, tanya seorang namja disebelahnya dan membantu untuk berdiri.
“Ne, tidak apa-apa hyung”, jawabnya.
“Kau tidak apa-apa? Mianhae atas kecerobohan temanku”, ucap namja manis disebelahnya.
Kenapa malah namja ini yang minta maaf?? Dia kan yang menabrakku, seharusnya dia yang minta maaf. Dasar pabbo!!
“Sehun-ah?? Ayo minta maaf?”,menatap teman disampingnya yang masih saja menatapku sinis.
“Oh.. eh, jheongmal mianhae”, akhirnya dia tersadar juga. Huhh, sungguh menyebalkan.
“Ne, gwenchana”
“Ohh..
Suho imnida. Kita satu kelas, ne? Selamat datang di sekolah ini. Saya
harap kamu senang disini”, tanpa aba-aba namja manis itu memperkenalkan
diri dengan semangatnya.
“Ne, aku yakin kalian sudah mengenalku. Hehe. Mei imnida. Gomawo atas ucapannya”, aku membalasnya dengan tersenyum.
“Hey?
Ayo kenalkan dirimu?”, menyenggol temannya yang sedari tadi hanya
berdiri mematung. AIGHOO! Namja ini apa benar-benar tidak menyukai ku?
Namja yang selalu menunjukkan wajah datar nya tanpa ekspresi apapun.
“Hmm..
Sehun imnida. Bangapseumnida”, tetap tanpa ekspresi, hanya sedikit
membungkuk. Dasar namja tak tau diri! Ohh, jadi namanya Sehun??
“Ne, nado bangapseumnida”, balasku.
~~~
{Author’s side}
~Bel masuk berbunyi~
Anak
– anak “Daegu Science High School” yang notabennya adalah perkumpulan
anak – anak cerdas tampak sangat disiplin. Setelah mendengar lonceng
berbunyi, anak-anak berhamburan menuju kelas masing – masing dilanjutkan
songsaengnim yang juga tak kalah rajin.
Sekolah ini sering sekali
membawa mendali kejuaraan dari berbagai macam perlombaan, baik akademik
maupun non-akademik. Tak bisa dibayangkan bagaimana kepandaian
siswa-siswi nya..
.
.
Biologi, mata pelajaran yang
sedang diajarkan di kelas Sehun dan kawan-kawan. Hari ini songsaengnim
memberi tugas observasi dan membagi beberapa kelompok. Ternyata dan
memang benar Sehun, Suho, Mei, Hara dan 2 anak lain tergabung dalam satu
kelompok. Tugas mereka adalah observasi mengenai organ-organ ikan.
~~~
{Sehun’s side}
Apa
aku tidak mimpi? Aku menepuk pipiku. Aissh, kenapa aku sekelompok
dengannya? Kalau aku bisa mengelak, aku tak mau sekelompok dengannya.
Tapi keputusan sudah bulat. Aighoo!!
“Baiklah.. Kapan kita bisa
memulai observasi nya?”, ucap Suho hyung diantara kami ber-6 yang
berkumpul di taman sepulang sekolah.
“Bagaimana kalau besok minggu?”,
“Kalau minggu aku tidak bisa, bagaimana kalau kamis saja?”,
“Ah, aniya! Hari selasa saja, kita kan di sekolah agak free. Otthoke?”,
“Stop!!
Daripada kalian beradu argumen yang tidak penting. Kita putuskan untuk
hari sabtu saja. Berkumpul di taman kota jam 3 sore. Otthoke?”, Yaakk!
Ucapku seketika di sela-sela adu argumen.
“Ide yang berlian”, Suho hyung mengacak-acak rambutku.
“Baiklah...”,
.
.
Suho
hyung tidak pulang bersama denganku. Biasanya kami berdua naik mobil
bersama. Pagi hari, dia yang memutuskan untuk naik bus saja untuk ke
sekolah. Aku menurutinya, tapi kenapa sekarang dia meninggalkanku??
Mungkin Suho hyung ada urusan. Aku memaklumi nya, karena dia mengikuti
banyak organisasi.
Aku menunggu di halte bus. Aissh, kenapa
tiba-tiba mendung?? Hatiku tak karuan. Aku tak mengerti mengapa aku
seperti ini. Sebelumnya, aku tak pernah merasakan hal ini. Sungguh aneh~
Disampingku, Yakk! Tepat sekali di sebelahku, noona itu, ‘Mei’ duduk di sebelahku. Yaa benar sekali, dia juga menunggu bus.
Hening diantara kami berdua ditemani suara petir yang menggelegar.
Bruussstt!
Hujan turun dengan lebatnya, hembusan angin menyapu seluruh debu yang usai berterbangan di tengah-tengah kota.
Aku melirik Mei, dia tampak kaget dan kedinginan. Rasa canggung menghantui kami, apa iya aku harus mengeluarkan kata dulu?
“Hey? Apa kau takut?”, AKHIRNYA, aku memecah keheningan yang telah kami buat.
“Aniya, aku biasa-biasa saja. Apa kau juga menunggu bus?”, jawabnya. Mwo? Jinjjayo? Ternyata dia mau menjawab pertanyaanku.
“Ne, aku menunggu bus. Aku pikir jam segini apa ada bus?”,
“Ditunggu saja dulu”
~~~
{Mei’s side}
Sehun melepas jaket nya. Kenapa dia melepas jaket saat dingin seperti ini? Aku menggigil, sedikit kedinginan yang ku rasakan.
.
.
MWO?? Dia menelangkupkan jaketnya di pundakku? Apa tidak salah??
“Bagaimana? Tidak begitu dingin lagi kan?”, ucapnya tersenyum.
“Eh.. Hmm, aniya! Tapi bagaimana dengan kau?”,
“Tenang saja, aku tidak masalah. Rumah mu dimana?”,
“Di perumahan permata. Kau sendiri?”,
“Oh, sama aku juga di perumahan permata”,
“Wah, berarti kita satu jalur?”,
“Hehe iya..”
.
DARRR!!
Suara petir menggema..
KLUP! (?)
Sontak aku memeluk Sehun. Bagaimana bisa? Itu refleks, tidak ada maksud lain. Sungguh!
“Jangan mencari kesempatan. Jangan tinggi hati dulu”, ucap Sehun tiba-tiba.
“Eh, sejak kecil aku takut petir”, memejamkan mataku dan masih memeluk Sehun.
“Sudah selesai, noona..” ~~ Aku mendongak ke wajah Sehun, dia tersenyum. Aighoo~ Naega Baboraseo!!
“Hmm, mianhae”, melepaskan pelukanku.
Tuhan! Terima kasih, kau sudah mengirimkan suasana seperti ini. Apa maksudnya?? Aissh..
.
.
1 jam
2 jam
Hari
semakin sore, seperti malam rasanya. Aku sudah menunggu lama di halte
bus tapi kenapa bus tak kunjung datang? Bagaimana bisa Seoul, kota yang
sangat ramai tapi tak ada satupun bus yang lewat? Hanya ada aku dan
Sehun, tak ada orang lain. Hujan pun belum juga reda.
“Ah, tak mungkin kita seperti ini terus”, Sehun terlihat putus asa.
Mengambil payung, entah itu milik siapa..
“Eh, apa kau gila?”, aku mengernyitkan alisku. Benar-benar gila anak itu.
“Ayo? Lama-lama kita mati kelaparan disini. Kau mau disini sendiri, hah?”, Sehun sudah siap dengan payungnya. MWO?
“Hah? Maksud mu kita pulang jalan kaki?”,
“Ya sudah, kalau tidak mau”,
“Eh tunggu! Hmm.. Baiklah”, aku menuruti apa yang dikatakan Sehun.
Yaaa!
Akhirnya kita pulang jalan kaki, ditemani sebuah payung dan hujan
deras. Aku menggenggam tangan Sehun erat, aku sangat takut. Bunyi petir
terus saja menggelegar tak kunjung henti. Berbeda sekali, Sehun terlihat
sangat santai.
.
.
Di tengah perjalanan
Wuusssttt!
Angin
berhembus kencang, menerpa payung yang kami bawa hingga payung kami
terbang. Sontak Sehun memelukku.. MWO?? Apa yang dia lakukan? Di
tengah-tengah hujan seperti ini.
“Aku tau kamu pasti takut.
Maafkan aku telah melakukan tindakan konyol seperti ini. Aku hanya
berusaha melindungi. Jangan perpikir yang bukan-bukan”,
DIAM!
Aku tak menjawab, aku tak menyangka. Sehun yang selalu menatapku sinis, tiba-tiba berubah menjadi Sehun yang sangat lembut.
Dia tetap memelukku, wajahku tersandar di dada nya. Tak dihiraukan, kami basah kuyup.
.
.
“Sehun? Mei?”,
TBC!
Otthoke readers? Jelek ya? Gaje ya? Mianhae.
Akan saya lanjutkan di chapter selanjutnya, Jangan lupa comment! Saran readers sangat membantu si chapter selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar